Menjelajahi fenomena “Brain Rot” di era digital

akseswarganet – Menjelajahi fenomena “Brain Rot” di era digital

Ketika dunia perlahan menjadi ruang tanpa batas, di mana informasi bergerak lebih cepat dari kecepatan suara, kita dihadapkan pada sebuah ironi

otak manusia, pusat dari segala keunggulan kita sebagai makhluk berakal, tampaknya sedang mengalami “korsleting” di tengah derasnya aliran informasi.

Istilah brain rot, atau yang secara harfiah dapat diterjemahkan menjadi “pembusukan otak,” telah menjadi bahasa sehari-hari di dunia maya. Namun, apakah ini sekadar metafora belaka, atau ada implikasi nyata yang patut kita cermati?

Melalui opini reflektif ini, kita akan menyoroti fenomena brain rot berdasarkan multiperspektif, mulai dari neurologi hingga sosiologi, untuk memahami bagaimana ia bekerja, mengapa ia mengakar, dan bagaimana solusinya.

Mekanisme ilmiah brain rot

Otak manusia adalah organ yang sangat plastis. Dari perspektif neurosains, neuroplastisitas adalah kemampuan otak untuk berubah dan beradaptasi.

Namun, neuroplastisitas ini juga memiliki kelemahan. Ketika otak terus-menerus menerima rangsangan dari konten yang dangkal dan cepat—seperti video TikTok yang hanya berdurasi 15 detik atau unggahan Instagram yang memprioritaskan visualisasi estetis daripada substansi—neuron-neuron kita mulai terbiasa dengan pola ini.

Sistem dopamin, yang bertanggung jawab atas perasaan senang atau puas, menjadi terlalu aktif.

Setiap kali kita men-scroll layar ponsel dan menemukan sesuatu yang menarik, otak memberikan “hadiah” berupa semburan dopamin.

Namun, ini adalah pedang bermata dua. Jika proses ini terus berlangsung, otak akan mulai membutuhkan rangsangan yang lebih intens untuk menghasilkan jumlah dopamin yang sama, mirip dengan mekanisme yang terjadi pada kecanduan narkotika.

Fenomenologi Brain Rot

Dari perspektif sosiologi, brain rot adalah refleksi dari bagaimana masyarakat modern menciptakan budaya konsumsi informasi yang tidak sehat.

Kita hidup dalam era di mana attention economy (ekonomi perhatian) mendikte hampir semua aspek kehidupan digital.

Perusahaan teknologi berlomba-lomba merebut perhatian pengguna dengan menciptakan algoritma yang dirancang untuk membuat kita terus terhubung.

Menjelajahi fenomena “Brain Rot” di era digital

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *