akseswarganet – Jajanan Legendaris Banyuwangi Raup Cuan dalam Festival Pecinan Klenteng Hoo Tong Bio
Kemeriahan Tahun Baru Imlek di Banyuwangi semakin terasa dengan digelarnya festival kuliner di Klenteng Hoo Tong Bio, kelenteng tertua di Jawa Timur dan Bali. Acara ini berlangsung selama dua hari, dari 27 hingga 28 Januari 2025, dan dimeriahkan 70 stand yang menyajikan beragam kuliner, baik khas Tionghoa maupun kuliner legendaris Banyuwangi. Salah satu pedagang yang turut berpartisipasi adalah Sri Wahyuni, warga sekitar klenteng yang menjajakan berbagai jajanan tradisional Banyuwangi yang kini semakin jarang ditemukan
Saya jual puthu, gethuk, klepon, sawut, orog-orog, cenil dan banyak lainnya. Ini jajanan tradisional yang bikinnya rumit dan sekarang sudah jarang ditemui,” ungkap Sri. Selain berjualan di festival, Sri dan ibunya juga menerima pesanan tumpeng jajanan tradisional dan rutin menggelar lapak di Car Free Day (CFD) Taman Blambangan Banyuwangi setiap hari Minggu
Jajanan Legendaris Banyuwangi Raup Cuan dalam Festival Pecinan Klenteng Hoo Tong Bio
Meskipun jajanan tradisional, produk yang dijualnya tetap diminati. “Susah ditemui tapi peminat masih banyak meskipun banyak orang tua,” ujarnya.
Dalam acara CFD, Sri mengaku bisa meraih omzet antara Rp 1-1,6 juta. Di festival kuliner Klenteng Hoo Tong Bio, yang berlangsung mulai pukul 16.00 WIB hingga 21.00 WIB, Sri berhasil meraup pendapatan sebesar Rp 500.000 hanya dalam beberapa jam. “Ini baru setengah jalan sudah dapat Rp 500 ribu, mungkin nanti selesai bisa sampai seribu (satu juta rupiah),” ujarnya optimistis. Sementara itu, Alexander Martin, pengurus Klenteng Hoo Tong Bio, menjelaskan bahwa festival kuliner ini diadakan secara mandiri pihak kelenteng dengan dukungan dari Paguyuban Umat Lintas Agama (PULMA) Banyuwangi
Kami fasilitasi listrik, air, dan tempat secara mandiri,” kata Alex. Ia menambahkan bahwa festival pecinan untuk tahun 2025 tidak termasuk dalam kalender wisata Kabupaten Banyuwangi. “Kalender festival pecinan tidak ada, tapi kami kumpulkan pedagang yang tergabung dalam paguyuban dan mereka tetap antusias ingin berjualan, jadi kita fasilitasi,” tandasnya
Festival kuliner ini menjadi salah satu bentuk pelestarian budaya dan tradisi di Banyuwangi, sekaligus memberikan ruang bagi pelaku usaha lokal untuk memperkenalkan kuliner khas daerah.