Akeswarganet – Polusi Udara Thailand Kembali Parah
Polusi Udara Thailand Kembali Parah.Thailand kembali berjuang melawan masalah kualitas udara yang telah mencapai tingkat berbahaya. Negeri Gajah Putih itu dikabarkan tengah mengalami krisis polusi udara yang semakin parah.
Pusat Pengendalian Pencemaran Udara Thailand (CAPM) pada Kamis sore, 6 Maret 2025, mengonfirmasi bahwa kadar PM2,5 di 28 dari 76 provinsi di Thailand telah mencapai tingkat tertinggi.
Sebagian besar wilayah utara dan timur laut telah melampaui standar keselamatan negara tersebut. PM2,5 mengacu pada partikel halus yang berdiameter 2,5 mikrometer atau kurang.
Partikel ini cukup kecil untuk menembus jauh ke dalam paru-paru dan aliran darah, sehingga meningkatkan risiko penyakit pernapasan dan kardiovaskular.
Sumber utama polutan berbahaya ini meliputi emisi kendaraan bermotor, kegiatan industri, kebakaran hutan, dan pembakaran limbah pertanian yang meluas.
Mengutip The Thaiger, Jumat (7/3/2025), provinsi yang paling parah terkena dampak adalah Chiang Rai, Chiang Mai, Nan, Mae Hong Son, Phayao, Lamphun, dan Lampang, dengan konsentrasi PM2.5 melambung tinggi melampaui ambang batas aman nasional yaitu 37,5 mikrogram per meter kubik udara (µg/m³).
Beberapa daerah di utara mencatat tingkat yang sangat berbahaya, dengan pembacaan mencapai hingga 83,8 µg/m³.
Krisis udara bersih di Thailand bukanlah yang pertama kali terjadi. Sebelumnya, hal itu juga melanda Bangkok, ibu kota negara itu, pada akhir Januari 2024.
Akibat krisis polusi udara tersebut, pemerintah bahkan menggratiskan transportasi umum selama seminggu agar masyarakat lebih memilih menggunakan transportasi umum.
“Layanan kereta layang, metro, kereta api, dan bus di ibu kota akan gratis bagi pengguna mulai Sabtu,” kata Menteri Perhubungan Suriya Juangroongruangkit pada Jumat, mengutip Channel News Asia, Minggu, 26 Januari 2024.
Ratusan Sekolah Ditutup
Diharapkan pengurangan jumlah kendaraan pribadi dapat mengurangi polusi udara di Bangkok. “Kami berharap kebijakan ini dapat membantu mengurangi polusi udara,” kata Suriya.
Polusi udara di Bangkok juga menyebabkan 350 sekolah – awalnya 250 sekolah pada Kamis – ditutup pada Jumat, 24 Januari 2025.
Sekolah yang ditutup berada di 31 distrik di Bangkok.
Pemerintah setempat juga telah meminta mereka yang dapat bekerja dari rumah. Kemudian, langkah lain yang diambil adalah melarang truk besar dengan enam roda memasuki beberapa bagian kota.
Pada Jumat, 24 Januari 2025, tingkat polutan PM2,5 mencapai 108 mikrogram per meter kubik, menurut IQAir. AQI di atas 100 dianggap tidak sehat, sedangkan di atas 200 dianggap sangat tidak sehat.
Perdana Menteri Paetongtarn Shinawatra telah menyerukan tindakan yang lebih keras untuk mengatasi polusi udara Bangkok, termasuk mengekang pembangunan dan bekerja sama dengan negara-negara tetangga.
Polusi Udara Vietnam
Polusi udara juga menjadi masalah di negara tetangga Thailand, Vietnam. Sebagai ekonomi yang berkembang pesat dengan kebutuhan energi yang meningkat, geografinya memperburuk masalah kualitas udara Vietnam, terutama di ibu kotanya yang padat penduduk.
Hanoi secara teratur menduduki puncak daftar kota-kota besar paling tercemar di dunia versi IQAir.
Pada tahun 2023, perusahaan pemantau Swiss itu juga menempatkan Hanoi sebagai salah satu dari 10 ibu kota paling tercemar.
Menurut laporan VOA Indonesia, dikutip pada Minggu, 2 Maret 2025), asap beracun mengepul dari tumpukan kantong plastik dan daun yang terbakar di lahan pertanian di Le Thi Huyen di Hanoi, kota yang menghadapi lonjakan polusi udara yang mengkhawatirkan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan situasi tersebut menewaskan sedikitnya 70.000 orang per tahun.
Ironisnya, pemerintah komunis tampaknya tidak tergerak untuk mengatasi situasi tersebut. Kehidupan di Hanoi terus berjalan seperti biasa, tidak peduli seberapa buruk udaranya.
Pihak berwenang tidak menutup sekolah, juga tidak ada perintah bekerja dari rumah.
Analis mengatakan pemerintah terkait erat dengan kepentingan ekonomi besar.
Pemerintah juga telah memenjarakan jurnalis independen dan aktivis lingkungan yang menyerukan solusi yang lebih cepat.
Dampak Menghirup Udara Beracun
Menghirup udara beracun memiliki konsekuensi kesehatan yang serius. WHO telah memperingatkan bahwa paparan jangka panjang dapat menyebabkan stroke, penyakit jantung, kanker paru-paru, dan masalah pernapasan.
Bank Dunia memperkirakan bahwa polusi udara, yang akan kembali ke tingkat sebelum pandemi pada tahun 2023, merugikan Vietnam lebih dari $13 miliar per tahun.
Itu hampir tiga persen dari PDB negara itu tahun lalu. “Situasinya mendesak,” kata Muthukumara Mani, kepala ekonom lingkungan Bank Dunia, yang berkantor pusat di Hanoi.
Bahkan media pemerintah, yang selama bertahun-tahun sebagian besar bungkam tentang kualitas udara, kini angkat bicara di Vietnam yang menganut satu partai.
VietnamNet, situs berita resmi Kementerian Informasi dan Komunikasi, menerbitkan seruan langka untuk bertindak pada Januari 2025.