Akseswarganet – Gerobak dan Tenda, Jadi Destinasi Wisata Kuliner
Membuka usaha kuliner dan mampu bertahan selama lebih dari 50 tahun tentu bukan hal yang mudah, apalagi dengan munculnya banyak makanan kekinian.
Namun, Aroma Coto Gagak, salah satu rumah makan legendaris Kota Makassar,
membuktikan bahwa keaslian rasanya mampu bertahan di hati penikmat kuliner Coto Makassar.
Siapa sangka, Aroma Coto Gagak yang dulunya berjualan hanya menggunakan gerobak dan tenda, kini telah menjelma menjadi destinasi kuliner yang diserbu wisatawan dari luar Kota Makassar. “
Asal usul namanya bukan Aroma Coto Gagak,
tapi dijual di gerobak pada tahun 1965,” kata Arsyad Abidin, Operational Manager Aroma Coto Gagak,
Setelah H. Bandu Daeng Kammpa mulai berjualan menggunakan gerobak, usaha kuliner ini kemudian diambil alih oleh putranya, H.
Djamaluddin Daeng Nassa pada tahun 1974. Beliau merupakan penerus generasi kedua dan nama Aroma Coto Gagak pun bertahan hingga saat ini.
Nama Aroma Coto Gagak sendiri cukup unik. Burung gagak tersebut diambil dari tempat di mana rumah makan tersebut dibuka,
Awalnya, Coto Makassar merupakan makanan yang disantap masyarakat pada pagi hari, yakni antara pukul 07.00 hingga pukul 11.00.
Tak heran jika disajikan dalam wadah kecil. Namun seiring berjalannya waktu, tempat itu buka hingga pukul 9:00 malam.
40 Jenis Bumbu
Meski laku keras dan menjadi destinasi kuliner wajib dikunjungi wisatawan Makassar, Aroma Coto Gagak belum membuka cabang.
Menurut Arsyad, pemilik ingin mempertahankan rasa dan aroma asli, termasuk nama “gagak” karena lokasinya.
Untuk menjaganya, proses memasaknya tetap menggunakan kayu bakar.
Pemilihan rempah-rempah dasar yang segar juga memastikan bahwa rasanya akan tetap sama selama puluhan tahun, jadi tidak ada niat untuk membuat waralaba.
Menurut Arsyad, kuah coklat Coto Makassar terbuat dari 40 jenis rempah yang disebut patang puluhan. “Namun setelah dihitung, menurut para tetua tidak sampai 40.
Doa-doa dan ritual yang dilakukan oleh juru masak saat memasaknya, berarti jumlahnya tepat 40, karena rempah-rempah yang dimaksud mencakup bahan-bahan jasmani dan rohani,
Bila menilik rumah makan yang ada di Jl Gagak ini,
pemiliknya pun menyediakan tempat makan berupa tenda semi terbuka, persis seperti warung makan miliknya saat pertama kali buka.
Namun karena mayoritas pengunjung rumah makan ini adalah pendatang dari luar Kota Makassar, maka tersedia pula area makan dalam ruangan ber-AC.
Gerobak dan Tenda, Jadi Destinasi Wisata Kuliner